Kominfo News :
Selamat Ulang Tahun Ke-31 Paroki St. Laurentius Bandung
Iklan Paroki
Home » , » Raihlah Cita-Cita: Pelayanan Lintas Batas

Raihlah Cita-Cita: Pelayanan Lintas Batas

Written By Unknown on Saturday, September 1, 2012 | 8:59 PM





Oleh: Pst. Charles Loyak, OSC

(Tulisan sederhana ini secara khusus dipersembahkan bagi seluruh anggota Dewan Pastoral Paroki (DPP) St. Laurentius periode 2012-2015, yang telah dilantik dan diutus oleh Tuhan pada hari Minggu,13 Agustus 2012. Baiklah tulisan kecil ini dibaca juga oleh umat Paroki St. Laurentius yang sudah pasti harus bekerja sama dengan DPP kita yang baru; secara khusus anggota keluarga atau juga sahabat dekat yang sangat diandalkan untuk membesarkan hati dan menguatkan dalam perjalanan karya pelayanan mereka).

Hari-hari “paling istimewa” bagi segenap umat Paroki Laurentius, Keuskupan Bandung di tahun 2012 ini kiranya adalah Jumat, 10 Agustus (Pesta St. Laurentius, diakon dan martir), Sabtu,11 Agustus (Misa Agung Merayakan Pesta St. Lauretius, Pelindung Paroki sekaligus Ulang Tahun Paroki yang ke-31), dan Minggu, 12 Agustus (Misa Pelantikan DPP St. Laurentius). Khususnya di hari Minggu, Vikaris Jenderal, Rm. Paulus Wirasmohadi Soerjo, Pr memimpin langsung Misa Syukur pelantikan tersebut didampingi Pastor Paroki, Alfons Bogaartz, OSC. Anggota DPP St. Laurentius yang baru periode 2012-2015, yang dilantik dan diutus untuk melayani umat St. Laurentius itu berjumlah 96 orang. Acara Serah-Terima Tanggung-jawab sebagai DPP dari yang lama kepada yang baru, dilaksanakan di Aula Paroki, setelah Misa, dilanjutkan dengan makan siang bersama.

Arah Keluar: Melintasi Batas Di acara ‘Pisah-Sambut DPP’ yang lama & baru itu, Pastor A. Bogaartz, sebagai Pastor Paroki mengucapkan terima kasih kepada DPP lama atas bakti pelayanan yang baik selama ini; dan menitip kepada DPP baru suatu pesan pendek namun sangat penting. “Arahkanlah Pelayananmu Keluar, ke Masyarakat Luas”. Selama periode pelayanan yang lalu (2009-2012), demikian tegas Pastor Paroki, arah pelayanan terus-terus ke dalam, untuk kepentingan kita saja. Itu tidak jelek, apalagi berjalan baik dan membawa hasil yang sangat terasa. Tetapi mengukur kemajuan kita ke depan, yang punya “nilai lebih” sebagai suatu Paroki, arah pelayanan kita harusnya keluar, menjangkau masyarakat luas, yang malahan juga mereka yang berbeda agama dan keyakinan dengan kita. 

Pisah-Sambut DPP
Sadar atau tidak, kita cenderung hidup di dalam batas-batas, dan memberi perhatian sejauh batas-batas tersebut juga. Batas-batas yang paling biasa kita kenal dan hidupi ialah: diri kita sendiri, keluarga, lingkungan, wilayah, Paroki, Keuskupan, dan lain-lain. Perhatian, kepedulian dan cinta kita kepada orang-orang lain, sadar atau tidak, hampir selalu ditentukan oleh ‘kepentingan batas-batas’ tertentu itu. Mau memberi atau menyumbang sesuatu (barang, waktu, tenaga, pengetahuan dan lain-lain) kepada orang lain, selalu menghitung (secara otomatis – tanpa sadar) apakah saya sendiri, keluarga, lingkungan, Paroki tidak mempergunakannya? Apa dampak atau untungnya bagi saya atau kami? Pertanyaan-pertanyaan “bawah-sadar” ini selalu muncul karena kita telah memposisikan diri kita, keluarga kita, persekutuan kita menjadi yang terpenting dari pihak-pihak lainnya. Ini nampaknya secara ke dalam baik adanya, namun sebenarnya egoistis. Biar pun atas nama Kristus, persekutuan yang nampaknya eksklusif dan tertutup seperti itu sesungguhnya kurang kristiani sifatnya. Kita, seluruh umat Paroki St. Laurentius sedang dipanggil oleh Tuhan melalui seruan Pastor Paroki, untuk bersama DPP kita yang baru dilantik, guna lebih mengarahkan pelayanan kita bersama “keluar melintasi batas-batas” supaya dapat menjangkau masayarakat yang lebih luas. Kita harus menjadi “garam dan terang” bagi dunia sekitar kita!

Tantangan umum dan utama bagi kita adalah: melawan diri sendiri, lingkungan/persekutuan kita dengan segala kepentingannya sedemikian rupa, sehingga akhirnya yang menjadi terpenting dan prioritas perhatian dan pelayanan, bukan lagi saya atau kelompok saya, tetapi orang lain, pihak lain. ‘Tuhan dan orang lain atau sesama yang terpenting dan terutama’. Itulah suatu prioritas dan kesadaran yang
berasal dari iman!

Berguru pada St. Maria & St. Laurentius
DPP St. Laurentius dalam karya pelayanannya haruslah berguru pada kedua tokoh iman itu, St. Maria dan St. Lauretius. Sebab menjalankan karya pelayanan kepada umat Allah di mana saja, termasuk di Paroki kita ini, bukan pertama-tama dengan mengandalkan kekayaan ‘pengetahuan, ketrampilan dan aneka pengalaman’ saja, tetapi pertama-tama dan terutama adalah kekayaan ‘iman’. Seperti St. Maria dan St. Laurentius sendiri, ketika melayani sesamanya di jamannya, didorong dan digerakkan oleh imannya yang kokoh kepada Tuhan Yesus. Apalagi kedua tokoh iman tersebut, sejauh kita kenal mereka masing-masing, hampir pasti tidak banyak memiliki kekayaan pengetahuan dan ketrampilan khusus. Mereka melayani hanya dengan mengandalkan imannya! Maria adalah satu-satunya orang yang melihat ‘kegalauan  dan kegelisahan hati’ tuan pesta yang kehabisan anggur pada pesta nikah di Kana (Yoh 2:1-11). Iman Marialah yang membuka “mata hatinya” sehingga ia dengan rasa peduli dan penuh sayang bisa melihat ‘kesulitan’ itu, dan bergerak membantu. Belajar dan berguru pada St. Maria, DPP St.Laurentius mesti terus memelihara imannya, agar di atas dasar iman yang sedang dibaharui itu, mereka giat melayani umatnya di lingkungan dan wilayah, atau di bidang dan seksinya masing-masing. Iman demikian itu akan membuka “mata hati” untuk melihat dan menanggapi ‘kesulitan-kesulitan’ yang sedang menantang kehidupan umat Allah. Andaikan saja hati Maria tinggi dan angkuh seperti banyak manusia sejamannya dan juga jaman kini, bisa saja ia telah menjadikan momen heboh mukjizat ‘air jadi anggur’ di pesta nikah itu kesempatan “membesarkan namanya” juga. Tetapi kepada pelayan-pelayan di situ, Maria berkata, “Apa yang Ia katakan kepadamu, lakukanlah itu!” (ayat 5). Maria mengarahkan perhatian para pelayan bukan kepada dirinya, tetapi kepada Yesus, Putera-Nya, yang berkuasa mengerjakan mukjizat itu.

Sama juga dengan St. Laurentius, Pelindung Paroki kita ini. Karena demikian kuat cintanya kepada Yesus, menurut catatan St. Agustinus, maka hidup dan pengorbanannya sungguh-sungguh mengikuti jejak-Nya pula. Bagi St. Laurentius, Yesus menjadi yang paling penting dari pada segala hal lainnya, termasuk dirinya. Iman St. Laurentius sungguh menampakkan kerendahan hatinya oleh karena Yesus. DPP St. Laurentius diharapakan bisa belajar memperkokoh imannya masing-masing pada kedua tokoh ini sebagai “daya kekuatan utama” untuk melayani umat di Paroki ini. Pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman memang dibutuhkan juga untuk menunjang pelayanan itu tetapi bukanlah yang utama. Di jaman yang semakin individualistis ini, kalau tidak mewaspadai diri dengan “mengokohkan iman” sebagai dasar dan motor pelayanan, DPP kita akan semakin jauh dari semangat tokoh panutan, St. Maria dan St.Laurentius. Tanpa sadar mereka mengandalkan kehebatan dirinya, statusnya dan ingin diakui secara berlebihan oleh umatnya.

Melayani Seperti Yesus
Kisah Yesus menampakkan diri di jalan ke Emaus itu menarik dan inspiratif (Bdk 24: 13-32). Mata para murid mulai terbuka dan mengenal Yesus, justeru ketika Dia sedang ‘memecah-mecahkan roti dan membagi-bagikan itu’ kepada mereka semua. Aktivitas yang sangat biasa bagi Yesus dan para murid-Nya. Mengambil, memecah-mecahkan, membagi! Murid-murid sangat merekam hal itu dengan baik dalam ingatan mereka. Maka ketika melihat lagi ‘aktivitas’ itu, murid-murid menjadi teringat kembali ‘kebiasaan’ yang lazim itu. Mereka alami lagi ‘ritus simbolis’ penuh makna, yakni ‘roti yang dibagi-bagi’. Itu sungguh menggambarkan Diri YESUS (tenaga, pikiran, waktu, perhatian dan cinta-Nya) yang selama hidup-Nya memang dibagi-bagikan kepada manusia. Kata-kata Yesus dalam ‘ritus simbolis’ itu sungguh menjadi benar dalam kenyataan hidup-Nya. Bagi Yesus itu, tidak ada jarak antara kata-kata dan sikap hidup-Nya. Kata-kata mulut-Nya selalu membenarkan sikap hidup-Nya, dan sebaliknya, sikap hidup-Nya senantiasa menegaskan apa yang disampaikan kata-kata mulut-Nya. Itulah Dia, Yesus yang dialami oleh para murid-Nya!.

Ujud khusus, yang telah didoakan seluruh umat Paroki pada hari istimewa pelantikan dan perutusan itu, ialah supaya seluruh DPP St. Laurentius dalam tugas pelayanannya boleh semakin menjadi seperti Yesus, yang sanggup melayani dengan membagi-bagi perhatian dan cinta-Nya kepada sesama. Bagai simbol “roti” yang dibagi-bagi,Yesus membagi seluruh diri-Nya kepada umat manusia. Seperti Yesus itulah, biarlah anggota DPP St. Laurentius melayani umat Allah di seluruh Paroki ini.  Dalam doa-doa kita hari ini dan hari-hari seterusnya, baik doa bersama mau pun doa pribadi, marilah kita terus mendoakan ujud khusus ini kepada Tuhan. Berdoa saja tidaklah cukup! Tiga tahun ke depan ini, sambil berdoa, mari ulurkan tangan bekerja-sama dengan DPP kita. Dengan cara demikianlah, Allah akan mendengar dan mengabulkan doa kita dengan ujud khusus itu. St. Agustinus pernah berkata, “Deus creavit me sine, sednon potest salvare me sine me”. Arti hurufiahnya: “Allah telah menciptakan saya tanpa saya, tapi Dia tidak dapat menyelamatkan saya tanpa saya”.  Maksudnya bukanlah Allah tidak berkuasa menyelamatkan saya, tetapi Allah sungguh membutuhkan partisipasi aktif dari pihak saya (tangan, hati, kepedulian, cinta saya) untuk suatu proses penyelamatan bagi diri saya. Allah tidak mau bekerja sendiri! Allah juga tidak mau bekerja sendiri melalui DPP kita untuk menggapai cita-cita di Paroki tercinta ini. Allah mau bekerja bersama seluruh umat-Nya di Paroki ini, yang sambil berdoa dan mengharapkan “buah-buah” sebagai jerih-payah pelayanan bersama-sama. Semakin Beriman Semakin Memasyarakat
       
Enam tahun silam, ketika Paroki ini merayakan pesta peraknya, pada 10 Agustus 2006, tema yang dipakai adalah “Semakin Beriman Semakin Memasyarakat”. Panitia Pesta Perak ketika itu tentu saja mempunyai pendirian tertentu mengenai pemilihan tema ini. Tetapi paling tidak, tema yang satu ini sekaligus menjadi semacam “tonggak refleksi” yang penting dan bermakna: refleksi atas perjalanan pelayanan sejak awal berdirinya Paroki sampai usianya yang ke 25 tahun, dan tahap berikutnya ialah perjalanan pelayanan ke depan sampai usianya yang ke 50 tahun (Pesta Emas).  “Roh dan semangat” dari tema tersebut mestinya tetap menuntun dan mengarahkan pelayanan seluruh petugas pastoral (DPP, Umat, Tim Pastores) menuju pesta Emas itu. Maka sentuhan sekaligus ajakan Pastor Paroki,  Pastor A. Bogaartz, OSC kepada DDP dan juga seluruh umat, supaya mengarahkan pelayanan lebih keluar, ke tengah masyarakat luas, adalah bagian yang tak terpisahkan dari ‘roh dan semangat’ tema yang telah menjadi ‘tonggak refleksi’ kita itu. Selanjutnya tema tersebut juga menjadi tolok ukur bagi kita semua untuk menilai sejauh mana kita sedang mengarahkan pelayanan kita keluar sampai melintasi batas-batas persekutuan kita, dan sejauhmana kita cukup berhasil atau gagal dalam perjuangan tersebut. Baiklah secara berkala dalam evaluasi-evaluasi pastoral, tema penting ini menjadi panduan untuk menilai usaha dan pelayanan kita bersama itu.

Pelayanan kita bersama-sama (DPP-Umat-Pastores) bakal menghasilkan “buah-buah” yang membanggakan kita semua, kalau umat kita itu mestinya ‘semakin beriman’. Mereka semakin beriman bukanlah karena semakin rajinnya mereka ke Gereja atau menghadiri doa-doa di lingkungan, melainkan karena dalam aktivitas hidupnya, dalam pengungkapan imannya, mereka ternyata ‘semakin memasyarakat’. Mereka telah sanggup melintasi batas-batas diri dan persekutuan yang sempit dan tertutup. Mereka lebih sanggup menjadi ”garam & terang dunia” bagi sesama, siapa saja, di sekitar kehidupannya!

Dalam nama dan berkat Tuhan, marilah berjuang melayani bersama-sama, seperti YESUS. Doa-doa St. Perawan Maria dan St. Laurentius dari surg menyertai kita senantiasa.
Share this article :

1 comment:

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2012. Paroki St. Laurentius Bandung - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger