Undangan di masa kecil
Inilah persembahan saya kepada Tuhan Yesus untuk KasihNya yang memberikan panggilan keselamatan untuk kehidupan saya:
Saya terlahir dari keluarga Muslim. Di depan rumah kami ada TK umum
yang juga digunakan sebagai Sekolah Minggu. Saya teringat ketika saya
masih berusia balita (sekitar 4 atau 5 tahun), setiap hari Minggu saya
mendengar nyanyian dari sana yang terdengar sampai ke rumah. Suatu
ketika saya mendengar kembali mereka bernyanyi. Dengan tubuh saya yang
masih kecil saya kemudian memanjat jendela depan rumah yang cukup tinggi
hanya untuk mengintip, mendengarkan, dan melihat mereka datang dengan
pakaian indah dan sepatu serta bernyanyi riang. Hingga suatu ketika ibu
memergoki saya naik jendela, beliau memarahi saya, dan sejak itu saya
hanya mendengarkan nyanyian mereka dari balik jendela rumah kami.
Pada setiap hari Natal, saya selalu berlari ke depan rumah tetangga
yang Kristiani dan melihat dari pintu yang terbuka, tampak di kejauhan
kelap kelip lampu natal yang indah. Saya juga mendengarkan lagu natal di
TV dengan diam-diam.
Setelah saya dewasa, saya tidak boleh membuka, membaca, apalagi
mencari tahu mengenai Alkitab. Dosa katanya, dan saya terdidik untuk
menjadi fanatik. Tidak terlintas sedikitpun saya akan berpindah agama.
Keputusan yang ditanggapiNya dengan ajaib
Ketika saya berusia 30 tahun, ada dorongan kuat di hati saya untuk
mencari kedamaian. Saya bingung mengapa. Saat itu yang saya lakukan
adalah mencoba fokus bersembahyang, namun semakin saya fokus, semakin
kuat panggilan itu, hingga hampir gila rasanya menolak desakan itu.
Akhirnya saya biarkan perasaan itu membawa saya dan saya mulai
mencari tahu tentang Alkitab. Suatu malam saya mengambil keputusan, di
hari Kamis malam kira-kira jam 23.15, saya berdoa, “Ya Alah Bapa, saya
tetap menyembahMu, namun saya mengambil jalan melalui Yesus Kristus”,
dan setelah itu saya tersadar untuk beberapa lama suasana sekitar rumah
sangat hening, tidak ada satu makhlukpun berbunyi.
Esok paginya hari Jumat, saya sampai di kantor, dan pagi itu direktur
saya tiba-tiba memberikan saya sebuah buku, dan berkata, “Bukankah
sudah sejak beberapa bulan yang lalu kamu ingin baca ini?” Saya kaget
luar biasa, itu Alkitab. “Ya Tuhan, atasan saya tidak tahu kalau tadi
malam saya sudah punya komitmen dengan Tuhan Yesus dan berpindah jalur
kepadaNya.”
Luar biasa, Tuhan Yesus bekerja dan hidup, di mana kemudian saya baru
tahu bahwa Kamis malam adalah malam Perjamuan Terakhir Tuhan Yesus
bersama para murid-Nya. Hal itu dulu belum pernah saya baca sebelumnya. Ya
Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepadaMu,
tubuhku rindu kepadaMu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada
berair. Demikianlah aku memandang kepadaMu di tempat kudus, sambil
melihat kekuatanMu dan kemuliaanMu. (Mzm 63:2-3)
Kemudian tahun 2008 Tuhan Yesus mengaruniaiku pasangan hidup yang
juga baru terpanggil dalam jalan Tuhan Yesus. Hal ini merupakan anugerah
bagi kami. Setelah itu kehidupan kami sama persis seperti tertulis di
Alkitab, segala badai datang, namun Tuhan tetap setia bersama kami,
Aleluya, Amien. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku
tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu,
itulah yang menghibur aku. “(Mzm 23:4)
Kesaksian ini baru saya tulis setelah 12 tahun terpanggil, semoga hal
ini dapat memuliakan Nama-Nya dan menjadi berkat bagi sesama, Amien.
Penolakan dari keluarga
Setelah memutuskan untuk ikut Tuhan Yesus, saat itu yang teringat
oleh saya adalah gereja St. Yohanes Penginjil, di jalan Barito, Jakarta
Selatan. Saya melangkah ke sana mengetok pintu, yang saking ingin dan
pedenya sampai saya salah masuk ke ruang Krisma, hehe. Kemudian saya
diarahkan ke ruang katekisasi untuk belajar sepulang kerja. Namun karena
keterbatasan waktu, saya meneruskannya di kampus Atmajaya, ketika
mengambil program pasca. Saya pindah kerja karena direktur saya yang
fanatik begitu mendengar saya pindah agama, memaki dan meninju serta
menendang tembok di muka saya, tak terbayang perasaan saya pada saat
itu.
Suatu malam, Tuhan menggerakkan saya untuk berterus terang kepada Ibu
mengenai rencana kepindahan agama saya. Di luar dugaan, Ibu tidak
melarang. Saya kaget luar biasa. Ibu saat itu berterus terang, kalau
boleh memilih, saat beliau masih gadis, beliau ingin masuk Katolik,
namun dilarang dan dinikahkan dengan Bapak. Tetapi, keesokan harinya dan
hari selanjutnya, seluruh keluarga menentang saya termasuk kakak-kakak
dan ipar. Juga Bapak, yang tidak mau bicara selama 6 bulan. Di rumah
termasuk Ibu pun akhirnya mendukung keluarga.
Di malam Natal pertama, ada kejadian aneh. Saat pulang dari Misa, di
atas bed cover banyak daun sirih. Saya bingung dan menelpon tante yang
Kristiani, yang meminta saya berdoa. Saya ambil daunnya dan saya buang.
Saya mengerti mungkin ada yang mulai menggunakan kuasa gelap. Suasana
terasa sangat tidak enak karena mengenai saya ini diomongkan ke kanan
kiri, hingga suatu hari Ibu menyampaikan hal yang sulit, tapi intinya
saya harus pergi dari rumah itu atau mereka yang akan pergi. Oh, siapa
yang tidak sedih harus pergi dari rumah, apalagi saya wanita. Kemudian
saya kost di dekat kantor.
Setelah itu ayah saya sakit lama, dan saya diminta pulang. Saya
pulang dan menunggui di rumah sakit setiap malam, hingga suatu saat
keadaan ayah kritis. Bagaimanapun kemarahannya, beliau adalah ayah yang
saya cintai. Saat sakratul maut selama hampir 10 jam, saya dipanggil
kakak untuk diminta kembali ke agama Islam atau lebih tega melihat ayah
berada dalam kondisi itu. Saat itulah Tuhan Yesus mencoba keimanan dan
cinta saya padaNya. Saya jawab, “Maaf saya memang sayang Bapak, tapi
saya lebih sayang dengan Tuhan Yesus, saya tidak bisa kembali ke agama
sebelumnya karena banyak hal yang saya tidak bisa menerima. Inilah jalan
saya sekarang di mana saya menemukan kedamaian“. Hari berikutnya, Bapak
meninggal. Hati saya sedih dan hancur, bagaimanapun beliau adalah ayah
saya.
Tuhan mengirimkan pasangan hidupku
Tuhan memberikan talenta kepada saya sebagai staf HRD (personalia).
Suatu hari saya merekrut orang yang kelak kemudian menjadi suami saya,
enam tahun kemudian. Namanya Reza. Selanjutnya perjalanan perkembangan
karir menuntun saya berpindah ke salah satu anak perusahaan BUMN,
sebagai HRD di mana Tuhan Yesus membawa saya ke jenjang manajerial
berikutnya. Tidak mudah untuk mengganti KTP di mana hal itu
mengakibatkan mereka tahu bahwa HRD manajer mereka adalah seorang yang convert
(berpindah agama). Awalnya mereka sangat membenci saya. Sedikit demi
sedikit saya masuk dan menjadi perpanjangan tangan Tuhan Yesus, hingga
terjadi peningkatan kesejahteraan yang mereka rasakan, sampai kemudian
satu per satu mereka datang ke meja saya untuk meminta maaf karena sudah
merasa apriori sebelumnya terhadap saya. Bahagia rasanya boleh menjadi
lentera dan terang Kristus. Segala jalan Tuhan adalah kasih setia
dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan
peringatan-peringatan-Nya (Mzm 25:10)
Hubungan saya dan Mas Reza mulai serius. Saat itu saya sudah
permandian, dan calon suami masih Islam. Suatu saat setelah pengakuan
dosa, Mas Reza bercerita, dia bermimpi Tuhan Yesus datang di muka pintu
tapi tidak dipersilakannya masuk. Namun kalau sedang mendengar lagu
pujian “Give Thanks” saya melihatnya menangis. Saat itu saya tahu Tuhan
Yesus sudah menjamah hatinya.
Keluarga mereka tahu hubungan kami dan mereka sangat marah. Keluarga
Mas Reza berasal dari Kalimantan, yaitu Banjarmasin, dan sangat kuat
sebagai Muslim, penolakan dan pertentanganpun datang. Terlebih saya
berusia lebih tua dari Mas Reza dan tidak terlahir dengan keadaan
ekonomi seperti mereka.
Penderitaan yang datang silih berganti
Karena berencana untuk menikah, saya kemudian telah menempati rumah
di Bintaro Sektor 9 (bukan yang saya tempati sekarang). Namun karena
pernikahan itu ditunda hingga 6 tahun, saya tinggal sendiri di rumah
itu. Dan mulailah kejadian aneh itu terjadi setiap tahun selama enam
tahun saya tinggal di sana. Hampir tujuh kali saya keluar masuk RS,
dengan diagnosa yang berganti-ganti dan tidak ketahuan, seperti beberapa
kali stroke jantung infark myocardial, pengentalan darah
tingkat tinggi, kanker darah, dan lain-lain. Namun setelah dicek, selalu
bersih (negatif), kecuali sakit yang terakhir yaitu pengentalan darah.
Awalnya saya menduga ini stress dan kecapaian biasa, hingga malam itu
saat di rumah sakit, di mana tubuh saya dipenuhi selang dengan diagnosa
jantung. Pukul 24.00 Mas Reza tidur di bed rumah sakit di samping saya.
Ia bilang, “Itu di depan TV sudah ada malaikat kecil, banyak banget
deh”, astaga …. saya tidak bisa bicara saat itu, dan sesaat kemudian Mas
Reza berbicara lagi dengan suaranya yang berbeda dan besar, “MAU NUNGGU
APA LAGI KAMU, KENAPA TIDAK PERGI”, …Tuhannn Yesusss….itu ada suara
setan, kuasa gelapp… saya cuma bisa menatap jam di depan saya. Selama 3
jam, detik demi detik saya bernafas satu satu, tidak bisa memanggil
suster jaga. Akhirnya saya tahu, dari mana sumber semua keanehan yang
lain berasal.
Sering di rumah muncul laba-laba sebesar tangan manusia dewasa, yang
setelah dibunuh akan timbul lagi di lain tempat berulang kali. Pernah
ketika kami makan siang, meja makan kami yang cukup tebal terbelah dua,
tepat membelah di depan kami. Juga sering ada ular di pekarangan rumah.
Semua itu saya anggap biasa hingga kejadian suatu malam saat ada
keponakan yang menginap. Ia melihat ada asap tebal hitam di dalam rumah
dan saya mencium bau kemenyan, saya juga mendengar suara perempuan
tertawa panjang melengking tinggi dari luar. Jam 24.00, water heater
untuk saya mandi tiba-tiba bocor dekat dengan aliran listrik, lalu rem
mobil yang tiba-tiba blong, padahal mobil baru dicek dan diservis besar,
serta beberapa kejadian aneh lainnya.
Tuhan menyatukan kami dalam pernikahan kudus
Puji Tuhan, sementara itu keluarga saya Tuhan Yesus ubahkan dan
hubungan Ibu dan kakak-kakak saya memulih. Setelah 6 tahun pacaran, kami
merencanakan untuk menikah. Setelah melewati doa Rosario, sekalipun
tidak mendapat restu dari orangtua dan keluarga besar Mas Reza, kami
datang ke Pastor kepala di paroki. Saat itulah Mas Reza menemukan
kedamaian yang amat sangat ketika berbicara dengan Pastor. Kami kemudian
menikah dengan surat dispensasi dari keuskupan karena berbeda agama.
Kami belum melewati catatan sipil, yang baru kami lakukan dua tahun
kemudian karena KTP kami masih sama-sama Muslim. Mengubah identitas bagi
convert dari Muslim ke Kristiani melewati tantangan birokrasi.
Pada hari menjelang pernikahan, saya didatangi tamu spesial, di mana
bukan kata manis yang saya dapatkan tetapi malah sebaliknya.
Hampir-hampir pernikahan saya batalkan. Rasanya sudah cukup penghinaan
yang saya terima. Namun Mas Reza meminta kami jalan terus. Esoknya, gaun
putih yang sudah disiapkan membuat saya tampak pucat pasi, mungkin
karena shock akibat kejadian kemarin. Karena hati saya yang sangat
berduka, saya mengganti gaun saya dengan gaun berwarna hitam. Jadilah
kami memakai pakaian hitam hitam pada saat menikah…hihi…antikk…pasti
jarang jarang ada pengantin memakai baju hitam. Kami menikah di gereja
Santa Maria Regina, Sektor 9 Bintaro, dengan Pastor Laurenzi, SX. Yang
datang pada saat itu hanyalah keluarga besar saya, teman-teman, dan
sebagian tetangga rumah. Tak satu pun dari pihak keluarga Mas Reza
datang.
Kasih setia Tuhan mengatasi tantangan dan derita yang tak kunjung henti
Badai selanjutnya, setan tetap tidak tinggal diam melihat kami
bersama dan terlebih Mas Reza sudah melangkah menerima Sakramen Krisma
pada tahun 2009. Di awal tahun 2010 beberapa kejadian berdatangan
kembali. Saya kembali masuk rumah sakit. Saat itu saya ditangani tiga
dokter spesialis dari jantung, neurologi, dan darah. Diagnosa awal
adalah stroke dan jantung, tetapi ketika darah dites ACA, pengentalan
darah saya tinggi sekali, sehingga saya harus disuntik pencairan darah
setiap hari dibantu dengan infus dan obat-obatan. Semakin hari bukannya
semakin baik, badan saya tidak menjadi semakin enak. Namun lagi-lagi
Tuhan Yesus mengirimkan penolong melalui dokter neurolog saya yang
mengatakan, “Ana kamu Katolik ya, saya juga Katolik. Seharusnya dalam
Tuhan Yesus kamu tidak terkena penyakit ini. Pulanglah, kamu tidak
sakit, cari gereja yang kamu suka dan berdoalah pada Tuhan Yesus.”
Sabtu pagi setelah lebih dari seminggu di rumah sakit, saya memaksa
minta pulang dan dibekali dengan suntikan dan obat-obatan. Tidak
terbayang kalau tidak sembuh, seumur hidup saya akan disuntik terus
dengan cairan pengencer darah, dan apabila tidak disuntik sudah
dipastikan darah membeku dan akan memblok aliran darah ke jantung yang
artinya final.
Besok harinya, pagi-pagi saya dan suami memutuskan merayakan Misa di
Lembah Karmel di Cipanas. Kami berangkat pagi-pagi dengan sebelumnya
saya menyuntik sendiri tubuh saya dan saya sempat menjatuhkan suntikan
karena lemahnya tangan ini. Selama Misa saya hanya menangis, dan saat
itu ada seorang suster yang berkata, “Ada seorang ibu yang sangat
menderita, maafkanlah dia yang sudah menyakiti hatimu.”
Saya menangis, dan kemudian saya memafkan. Setelah selesai Misa, hati
saya riang dan sukacita sekali. Pulang dari Lembah Karmel saya masih
minum obat dan menyuntik, hingga hari ke-tiga terjadilah kejadian aneh.
Dari saluran kewanitaan saya, keluar lintah besar seperti habis menyedot
darah. Saya menjerit, saat itu juga saya dan suami segera mengatakan,
“Dalam Nama Yesus semua roh jahat keluar”. Setelah itu badan saya segar
sekali dan saya tidak minum obat apa apa. Saya lantas mengecek darah di
Prodia untuk ACA dan di RS Bintaro dengan cara yang berbeda, darah saya
semua normallll, …..Puji Tuhan Yesus, mujizat terjadi ! “Pada Allah
ada keselamatanku dan kemuliaanku; gunung batu kekuatanku, tempat
perlindunganku ialah Allah. (Mzm 62:8). Sungguh Engkau telah menjadi
pertolonganku, dan dalam naungan sayap-Mu aku bersorak-sorai.” (Mzm
63:8)
Menatap ke depan bersama Dia
Setelah kejadian itu, setan tidak membiarkan kami lama bersenang.
Finansial yang mulai terbangun harus kandas. Kemudian tiba-tiba direktur
di tempat saya bekerja berganti dan oleh direktur yang baru saya
diminta untuk melakukan tindakan non-legal yang menghilangkan hak
karyawan. Saya tidak menuruti perintah itu lalu terjadilah
pergeseran-pergeseran, kemudian bencana demi bencana terjadi, hingga
setelah itu sudah dua kali saya berganti tempat bekerja. Fatalnya
setelah melewati enam bulan saya belum mendapatkan tempat baru. Semua
menjadi berantakan dan kami harus merelakan menjual rumah dan memulai
lagi dari awal.
Hari lepas hari kami lewati bersama Tuhan Yesus, selalu dengan iman,
doa dan pengharapan pada Nya, masuk dalam Hadirat-Nya dengan Firman-Nya
yang hidup dan renungan Alkitab. Kami bersyukur boleh melewati semua ini
karena di sinilah kami merasakan kasih Tuhan Yesus. Semua yang berharap
pada Tuhan Yesus tidak akan pernah dikecewakan.
Amin Aleluya, Tuhan Yesus Memberkati.
Tetapi semua orang yang berlindung padaMu akan bersukacita,
mereka akan bersorak sorai selama-lamanya, karena Engkau menaungi
mereka; dan karena Engkau akan bersukaria orang-orang yang mengasihi
nama-Mu. Sebab Engkaulah yang memberkati orang benar, ya Tuhan; Engkau
memagari dia dengan anugerahMu seperti perisai (Mzm 5:12-13).
Salam Damai Kasih Kristus,
Anna dan Reza
Paroki St. Matius, Bintaro
Sumber: http://katolisitas.org/
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !