Hari
Minggu Pekan Biasa XXIX
Dalam bacaan II
(surat kepada orang Ibrani) dikatakan: “...Imam Agung yang kita punya, bukanlah
imam agung yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita. Sebaliknya
Ia sama dengan kita! Ia telah dicobai, hanya saja tidak berbuat dosa. Sebab itu
marilah kita menghampiri takhta kerahiman Allah dengan penuh keberanian, supaya
kita menerima rahmat dan menemukan kasih
karunia untuk mendapat pertolongan pada waktunya.”
Bagaimana pun kita
ada satnya membutuhkan rahmat dan pertolongan. Ada saatnya kita memerlukan
orang baik kepada kita tanpa pamrih, tanpa cari untung, tanpa udang di balik
batu. Ada saatnya kita menginginkan kehangatan dan kerelaan. Kita mau diterima
apa adanya. Diterima tanpa diperhitungkan uang kita, jasa kita, masa depan
kita, pangkat kita, masa lampau kita. Ada saatnya kita mencari dan tidak
menemukan. Orang tetap mengerlingkan matanya pada harta dan hiasan kita. Orang
hanya mau menggaruk diri kita, tidak mau menampung.
Surat kepada Ibrani
tersebut mengingatkan kita akan adanya Pribadi yaqng mau menerima kita. Pribadi
yang mengerti kita karena memang sudah mengenal seluk-beluk hidup ini.
Maka kita harus
menghadap kepada-Nya. Tetapi tidak perlu kita menyesuaikan diri. Dia itu siapa?
Dia itu di mana? Dia itu adalah Putra
manusia yang datang untuk melayani. Maka kita harus pula melayani. Dia itu di mana-mana, tetapi terutama dalam
himpunan orang-orang yang sedang mencari dan menghadap-Nya, orang yang menyadari
kelemahan-kelemahannya. Tegasnya, dalam Gereja yang berziarah, yang jatuh dan
bangun, dalam paroki dan dalam lingkungan, yang jatuh dan bangun.
Kalau mau menerima
rahmat, hendaklah kita menghadap-Nya. Maka perlu kita melayani sesama anggota
keluarga, umat dalam lingkungan, masyarakat di sekitar kita. Mari kita yang
lemah mencari dan menghadap Dia yang menerima kita apa adanya.
Salam damai, Fons
Bogaartz osc
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !