Kominfo News :
Selamat Ulang Tahun Ke-31 Paroki St. Laurentius Bandung
Iklan Paroki
Home » » Antara Perintah, Kasih dan Pengorbanan

Antara Perintah, Kasih dan Pengorbanan

Written By Unknown on Saturday, November 3, 2012 | 3:32 PM

Dua sahabat berjalan melintasi salju. Dingin yang menusuk tulang menambah berat perjalanan itu. Salah seorang dari mereka lemah. Ia terhuyung-huyung, dan jatuh. Temannya melihat, dan sadar bahwa dirinya sendiri tidak kuat juga. Namun dia berpikir, kalau ia hidup, ia ingin sahabatnya pun hidup. Maka, dipanggulnya tubuh sahabatnya itu.

Oleh: Pst. Hadrianus Tedjoworo, OSC

Ia meneruskan perjalanan yang makin berat. Namun perlahan-lahan, kehangatan tubuh dua manusia ini menguatkan. Energi mengalir dari badan yang satu ke yang lain, menghasilkan denyut kehidupan. Nafas dari dua manusia, dua jantung berdetak. Keduanya, akhirnya, selamat sampai tujuan, bukan karena pengorbanan yang seorang, tetapi karena Kasih yang mengatasi keduanya.
Kasih kita, mungkin sangat terbatas. Kita berjuang hidup, untuk hidup kita sendiri. Kita mencari uang, untuk diri sendiri. Kita setia dan sabar dengan orang yang kita cintai, bukan untuk mengasihinya, tetapi supaya dia tetap mengasihi diri kita.

Yesus memuji ahli Taurat yang menemukan inti ajaran kasih. Sesuatu yang masih akan dijalani-Nya di kayu salib, dipahami oleh seorang ahli Taurat. Banyak orang kelak melihat Yesus berkorban di salib, tapi berapa yang melihat kasih-Nya?

Kita sering tergoda menempatkan pengorbanan di atas kasih. Kita selalu yakin sudah mengasihi orang lain, tapi merasa kurang berkorban untuk mereka. Alangkah gampang menganggap diri sudah mengasihi orang lain. Alangkah sepele menjawab “sudah”, kalau ditanya “apakah kamu sudah mengasihi orang lain?” Akan tetapi, kita takut menjawab saat ditanya, “apakah kamu sudah berkorban untuk orang lain?” Sering bagi kita, mengasihi dianggap lebih gampang daripada berkorban.

Kita baru tahu bagaimana mengasihi orang lain, kalau kita sudah berkorban. “Berkorban” tidak sama dengan “menjadi korban”. “Berkorban” itu aktif: “saya mau”, bukan “saya terpaksa mau”. Orang yang “menjadi korban” itu hanya bisa menangis karena sesal, mengutuki diri. Tetapi, orang yang “berkorban” justru bisa tersenyum sekalipun tahu risiko pengorbanannya. Mana yang lebih sering terjadi dalam hidup kita?
Tidak pernah kasih kepada Allah tanpa kasih pada manusia lain. Dan itu adalah perintah (Ul 6:2-6). Mari lakukan dengan setia, “supaya kita menjadi semakin banyak, seperti yang dijanjikan Allah kepada kita, di suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya”. Seperti kisah dua sahabat tadi, bila kita berkorban, kita akan menyelamatkan orang lain dan juga diri kita sendiri.
Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2012. Paroki St. Laurentius Bandung - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger